Rabu, 11 November 2015

Episode Menembus Ruang dan Waktu: Filsafat Itu Diriku..



Episode Menembus Ruang dan Waktu
Filsafat Itu Diriku.. 

Pertemuan kuliah Filsafat Ilmu dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2015 jam 07.30 sampai dengan 09.10 diruang 306A gedung lama Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Prodi Pendidikan Penelitian dan Evaluasi Pendidikan kelas B dengan dosen pengampu Pak Marsigit, Perkuliahan ini diawali dengan tes jawab cepat sebanyak 50 soal lalu dilanjutkan dengan mahasiswa mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh Pak Marsigit.

Lia Agustina “Bagaimana secara filsafat memandang sebuah pengalaman. Penting ga pengalaman buat ke depannya?”
Semua pertanyaannya sudah ada jawabannya di postingan saya. Tapi dalam semacam ini pertemuan ini saya sengaja mendorong supaya anda punya kemandirian bertanya. Karena itu adalah awala dari ilmu pengetahuan.
Jadi kalau kita kadang-kadang memandang itu dari satu sisi karena memang sifat manusia yaitu tidak sempurna, tapi karena itulah kita bisa hidup. Itulah hidupnya tuhan memberi kehidupan dengan ketidaksempurnaan. Mengerikan apabila manusia mempunyai kesempurnaan barang satu saja. Pengalaman itu separuh dunia. Membangun pengetahuan itu separuhnya pengalaman separuh lagi di atas adalah logija. Maka berfilsafat itu praktikkan pikiran anda dan pikirkan pengalaman anda. Jadi itu dinamika setiap hari. Maka sebenarbenar hidup adalah interakdi olah pikir dan pengalaman . kita bisa praktek di laboratpriom, di sini saja. Dokter yang melayani kesehatan lewat radio melayani praktik via telpon dimana dia menngunakan metode analitik apriori. Apriori bisa memikirkan walaupun tidak melihat pasirn. Hanya dari pengetahuan kedokteran. Tapi sebaliknya dokter hewan. Meriksa sapi yang sakit. Tidak bisa ditanya sang sakit, setelah dipegang dilihat, baru dapat dipikirkan sakitnya sapi itu. Dokter menggunakan sintetetik aposteriori, kehidupan pengalaman, yang di atas naik ke atas cenderung konsisiten, naik lagi spiritual, naik terus nilai kebenaran adalah tunggal monoisme kuasa Tuhan. Diturunkan terus ke bawah sintetik apriori, dunia kontradiksi ada di hidup ini, jangankan engkau, aku saja beda aku yang tadi dengan aku yang sekarang. Maka Imanuel Kant  berusaha mendamaikan langit dan bumi. Langit itu konsisten, dewa itu konsisten. Semakin tinggi, semakin kecil kontradiksi, sebenar-benar tidak ada kontrasiksi absolut itu Tuhan. Semakin turun semakin besar kontradiksi. Maka kontradiksi itu adalah predikatnya. Sehingga didamaikan yang di atas diambil aproiri yang di bawah diambil sintetiknya. Ilmumu akan lengkap akan kokoh kalau berdifat sintetik apriori. Jadi orang matematika murni tidak bahagia karena tidak bisa dikatakan sebagai ilmu saja. Oleh karena itu ada metode saintifik, dicoba itu sintetik, disimpulkan apriori. Sifatnya pengetahuan yang di dalam pikiran itu analitik, ukuran kebenarannya konsistensi, sedangkan sifat dari pengetahuan pengalaman adalah sintetik dan tidak boleh bersifat kontradiksi. Tapi dengan kontradiksi akan muncul produk baru. Jadi kalau identitias itu hanya malaikat, imannya tetap menurut para kiayi. Tapi manusia kontradiktif karena imannya naik-turun.

Filsafat itu dari awal sampai akhir begitu saja, yang diatas kalau ditarik ke belakang selaras dengan hal-hal yang ada dalam pikiran, maka matematika murni itu obyeknya benda pikir, karena terbebas ruang dan waktu. Itulah duina pikiran bersifat ideal, tetap, menuju kesempurnaan. Maka itu akan tersapiu habi s semua tokoh filsafat  sampai ujung yunani sana yang berkemistri dengan ide –ide dalam pikiran, mulai dari absolutisme, tetap dengan tokoh Permenides, rasionalisme yaitu Rene Descartes, perfecsionisme dst. Tapi itu kan dunia transenden, semakin ke atas semakin tarandsenden, dunia para dewa. Rektor itu beyond, transenden buat kamu. Maka semua filsuf yang berchemistry dengan transenden itu termasuk golongan langit. Ini adalah termasuk ilmu – ilmu filsafat juga, spiritual, ilmunya para dewa. Tapi kita menjumpai uniknya pendidikan karena kita berjumpa, mengelola anak kecil. Anak kecil itu dunia bawah. Dunia di luar pikiran, konkrit, dunia pengalaman, ilmu bagi anak kecil bukan ilmu orang dewasa. So art is for art itu orang dewasa. Seni hanya untuk dipandang ya medium, kalau pameran untuk anak kecil yang harus boleh dipegang-pegang dan dinaiki karena itu dunia anak. Hakikat ilmu untuk anak adalah activity. Seninya anak kecil itu activity. Jangan diberi teori bahwa seni adalah apa...
 Pendidikan kita itu relevan dengan UAN, kontradiktif. Intuisi anak tercerabut, untuk berperilaku secara instan dan tidak sehat masuk dunianya orang dewasa. Itulah pendidikan kita. Itulah perjuangan kita. Visi yang mulia bagi pendidik adalah bagaimana bisa melindungi anak didik dari kesemenamenaan metode mendidik yang tidak paham. Mendidik itu bukan amabisi supaya murid bisa seperti saya. Jadilah dirimu sendiri. Fungsi guru adalah memfasilitasi. Yang penting kita bekerja denga prinsipp ada, mengada dan pengada. Ada itu potensi, mengada ikhtiar pengada produknya. Apabila tidak belajar berarti adamu tidak sebenar-benar ada. Itu namanya penyakit palsu seperti plagiarisme, korupsi dll. Dampaknya kalau ini berkembang, yang anehnya dunia mengalami dilema atau anomali, karena kekuatan pikir itu hebat. Karena mereka memproduksi resep/rumus untuk digunakan, dinaikkan postulat kehidupan. Maka semua postulah absolut itu firamn Tuhan. Maka semua firman itu kalau diturunkan ke bumi jadi resep kehidupan. Hasil the power mi nd itu menakjubkan sehingga lahirlah  peradaban. Jadi peradaban itu produk dari the power of mind. Cuma sayang nya semua orang tanpa kecuali anak kecil harus mengukuti langkah orang dewasa dalam mengikuti produk-produk demikian.

Pertanyaan kedua dari Tyas Kartiko Sutawi “Bagaimana filsafat untuk orang atheis?”
Filsafat itu adalah dirimu. Tidak usah  jauh2 sampai yunanai. Apa yang aku sebut absolute, ketika aku sedang berdoa, itu spiritualis. My behave is as spiritualist. Tapi begitu ada pencuri, saya bersikap tegas, determined dan otoritarian mengusir pencuri. Ketemu istri saya romantis. Demokratik, pragmatis, romantis tidak lain tidak bukan adalah dirimu sendiri. Itu mikrokosmisnya. Makrokosmisnya, naik ke atas, pikiran para filsuf, ada sejarahnya, tanggal lahirnya dan lain sebagaimnya. Karena filsafat itu dirimu sendiri, sah-sah saja, silakan..Cuma.. kan begitu. Maka karena filsafat itu peduli terhadap  ruang dan waktu, apalagi tujuannya memperoleh kebahagiaan memalalui olah pikir maka bersifat kontekstual. Saya kontekstual Indonesia, kontekstual jawa, kontekstual dunia timur, kontekstual spiritualisme. Supaya berbahagia itu chemistry dengan konteksnya. Kalau anda ingin terisolated dengan konteksnya, jelas potensi untuk tidak berbahagia. Anda tidak suka ketemu orang, ya silahkan hidup di gurun. Oleh karena itu, struktur spiritualisme, maka strukturnya jelas, struktur yang saya kembangkan di sini itu yang paling bawah, material, atasnya formal, atasnya normatif, atasnya lagi spiritual. Jadi kaya kerucut, menutupi sekaligus menjiwai dan sebagai pilar itu spiritualnya. Maka dalam filsafat yang saya kembangkan itu menggunakan struktur itu, artinya, tetapkanlah hatimu sebagai komandanmu sebelum engkau mengembarakan pikiranmu. Sebab jika engkau mengembarakan pikiranmu dan tidak dilandasi oleh hatimu, oleh spiritualmu, bisa jadi pikiranmu tidak akan kembali. Nah, di lain tempat jelas, jangankan kita, berbeda-beda, maka yang muslim filsafatnya muslim, yang kafir filsafatnya kafir, yang materialis semakin materialis, yahudi semakin yahudi, yang majusi semakin majusi, demikian seterusnya. Maka di dunia yang berlevel seperti itu berinteraksi antara berbagai suku bangsa dengan filsafatnya masing-masing. Manfaat dapada berfilsafat adalah anda mampu menjelaskan posisi anda secara spiritualis. Kalau di Amerika, karena negara yang absolutely liberal, maka bebas beragama dan bebas tidak beragama, sama-sama punya hak. Sama-sama mengiklankan di televisi cari pengikut, itu hak mereka. Tetapi di dalam koridor bernegara Republik Indonesia, muali dari akar rumputnya sampai naik kepada bentuk formal tata negara ada landasan UUD 45 dan Pancasila. Landasan Pancasila itu monodualis. Mono itu habluminalloh, dualis itu habluminalloh habluminannas. Itu filsafat Pancasila. Oleh sebab itu, kalau terjadi rongrongan, tetap saja bertahan. Karena itu konteksnya Indonesia, chemistrynya Indonesia. Ketuhanan yang maha Esa, spiritualisme, ya siapa sih yang mau menolak spiritualisme di Indonesia? Wong sejak zaman dahulu punya sejarahnya spiritualisme, apakah yang gereja, apakan yang masjid, apakah yang kelenteng dan sebagainya silakan saja, kan begitu. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, siapa yang tidak mau? Ya mungkin rumusannya yang lima ga suka, tapi dalam kehidupannya dihayati terus. Maka sebetulnya meletakkan foundation tidak mudah, tapi mengakar pada budayanya yaitu Indonesia.

Pertanyaan terakhir dari Ian Harum Prasasti “Bagaimana cara filsafat untuk menjawab satu pertanyaan?”
Jadi begini, dunia itu berstruktur. Anda jangan terlalu ribet mikir struktur. Pagi dan sore itu struktur dunia. Siang dan malam itu struktur duania. Laki-laki perempuan itu struktur dunia. Logika pengalaman itu struktur dunia. Kita abstraksi , mana struktur yang dipakai untuk membangun dalam kuliah ini, oya,, strukturnya para filsuf. Itu strukturnya dunia. Jadi dunia ini dan akhirat full of structure. Jadi secara filsafat apabila ingin menjawab suatu pertanyaan, begitu anda bertanya di satu tempat,dengan kesadaran full of structure tadi, maka pertanyaanmu itu terang benderang kedudukannya. Dilihat dari berbagai macam kedudukan struktur. Apapun. Misalnya, Pak, wadah itu ada dimana? Tergantung strukturnya, bisa singa bisa malam, bisa laki bisa perempuan. Kelembutan itu wadahnya perempuan. Kesigapan dan keperkasaan  itu laki-laki. Dia perkasa tapi penakut, berarti wadahnya, isinya penakut, kontradiksi. Pikiran, pengalaman. Wadah itu ada dimana pengalaman atau pikiran? Ternyata wadah itu ada di mana-mana. Yang kau pikirkan, yang kau katakan itu adalah wadah sekaligus isi. Kenapa isi? Karena setiap kali engkau sebutkan itu mempunyai sifat. Apakah bisa engkau menyebutkan sesuatu dimana dia tidak mempunyai sifat? Merah saja bermilyah sifatnya. Apakah bisa mencari sifat yang tidak punya sifat? Maka dunia itu adalah full of sifat. Maka sebenar-benar hidup adalah sifat itu sendiri. Jadi aku bisa selalu bisa bergaanti tiap hari mendefinisikan aopa itu hidup dari yang ada dan yang mungkin ada. Makanya saya selalu membuka pertanyaan apapun. Maka berfilsafat itu tujuannya menyadari adanya struktur. Jika kau ku beri pertanyaan, maka setiap pertanyaanku adalah struktur. Setiap sifat adalah wakil dari strukturnya. Setiap kata adalah gunung esnya daripada strukturnya itu. Jadi setiap pertanyaanku itu adalah struktur. Kalau aku ada 50 pertanyaan, berarti ada 50 struktur. Bila kamu tidak bisa menjawab semua berarti antara diriku dan dirimu masih terjadi celah. Engkau belum paham struktur-struktur yang ada dalam pikiranku. Maka baca, baca dan baca.

Bapak mengucapkan selamaat berjuang baca, baca dan baca untuk mengimbangi nilai yang jelek. Bapak juga meminta maaf apabila membuat pagi hari yang cerah sedikit terganggu. Dan kami pun menutup pertemuan ini dalam doa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar