Nilai Dalam Pendidikan Musik
Pendidikan
Nilai Dalam Pendidikan Seni Musik: Intrinsik, Ekstrinsik dan Sistemik
JAKARTA - Kasus
bullying atau penindasan yang paling banyak disoroti adalah bullying di
sekolah. Bagaimana tidak, lingkungan sekolah yang seharusnya kondusif untuk
belajar justru membuat para siswa menjadi terancam karena hal tersebut.
Parahnya, beberapa
kasus bullying di sekolah saat ini sudah menjadi tradisi. Biasanya, bullying
sendiri dilakukan oleh senior kepada junior atau bahkan dengan teman satu
angkatan sendiri.
(http://news.okezone.com/read/2015/12/14/65/1267031/bullying-di-sekolah-ini-pemicunya)
JAKARTA - Tidak sedikit
kasus bullying di sekolah menyebabkan korban, bahkan merenggut nyawa. Padahal
seharusnya sekolah merupakan tempat aman untuk belajar dan berteman.
Berikut sejumlah kasus
bullying di berbagai sekolah Tanah Air.
1. Bullying di SMAN 70
Jakarta
Pada Juli 2014, 13
siswa di SMAN 70 Jakarta dikeluarkan akibat melakukan pelanggaran yakni
perbuatan bullying pada juniornya. Para senior telah mem-bully 15 siswa yang
masih duduk di kelas satu.
2. Siswa SD aniaya
teman hingga tewas
September 2015, seorang
siswa di SDN 07 Pagi Kebayoran lama berusia delapan tahun melakukan tindak
kekerasan kepada teman sebayanya. Akibat tindakan tersebut, korban harus
menghembuskan nafas terakhirnya.
3. Bullying oleh siswi berseragam pramuka
Belum lama ini, beredar
video kekerasan yang dilakukan siswi berseragam pramuka kepada temannya. Pelaku
dan korban diketahui bersekolah di SMPN 4 Binjai, Sumatera Utara. Dalam video
berdurasi lima menit itu, pelaku tidak hanya memaki, tetapi juga menampar
hingga menendang korbannya.
4. Siswa baru di-bully
oleh 18 Senior
Saat masa orientasi
sekolah (MOS), seorang siswa baru di SMA Seruni Don Bosco, Pondok Indah bernama
Ary dianiaya oleh 18 seniornya. Terdapat luka sundutan setelah Ary melakukan
visum. Selain itu, juga didapati luka memar di tubuh Ary. Selain Ary, tiga
siswa lainnya juga menjadi korban bullying para senior.
(http://news.okezone.com/read/2015/12/15/65/1267586/daftar-kasus-bullying-yang-dilakukan-siswa)
“.....Semoga melalui pendidikan
karakter ini akan terbangun fondasi yang kuat pada diri anak-anak bangsa,
sehingga kasus-kasus bullying dan kekerasan lainnya tidak akan terjadi lagi di
dunia pendidikan kita. Tidak perlu saling menyalahkan dan intinya semua pihak
harus bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman,
bersahabat, dan menyenangkan bagi anak. Dengan pendidikan karakter yang kuat,
semoga bangsa kita akan terhindar dari ‘malapetaka moral’- sebagaimana yang
dilansir oleh sejarawan ternama Arnold Toynbee, ‘Dari dua puluh satu peradaban
dunia yang dapat dicatat, sembilan belas hancur bukan karena penaklukan dari
luar, melainkan karena pembusukan moral dari dalam alias karena lemahnya
karakter. Atau pendapat Thomas Lickona- ahli psikologi perkembangan dan
pendidik dari Cortland University AS- yang mengungkapkan sepuluh tanda-tanda
zaman yang harus diwaspadai, karena jika tanda-tanda ini terdapat dalam suatu
bangsa, berarti bangsa tersebut sedang berada di tebing jurang kehancuran.
Tanda-tanda tersebut di antaranya: Pertama, Meningkatnya kekerasan di kalangan
remaja. Kedua, Penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk. Ketiga, Pengaruh
peergroup yang kuat dalam tindak kekerasan. Keempat, Meningkatnya perilaku yang
merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan perilaku seks bebas.
Kelima, Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk. Keenam, Menurunnya etos
kerja. Ketujuh, Semakin rendahnya rasa hormat pada orangtua dan guru.Kedelapan,
Rendahnya rasa tanggungjawab individu dan warga negara. Kesembilan,
Membudayanya ketidakjujuran. Dan kesepuluh, Adanya rasa saling curiga dan
kebencian di antara sesama.”
(http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter/)
TEMPO.CO, Depok -
Seorang bocah perempuan berusia 7 tahun menjadi korban pelecehan seksual oleh
tiga temannya. Korban yang baru masuk kelas I sekolah dasar itu dilecehkan oleh
tiga teman mainnya di dekat Lapangan Golf Jagorawi Cimpaen, Tapos, Depok, Rabu,
1 Juli 2015.
Aminah, tetangga korban, mengatakan korban
diperkosa oleh temannya yang baru duduk di bangku kelas III dan V SD. Bahkan
satu temannya lagi belum sekolah. "Korban diajak main dan dipaksa
melakukan adegan dewasa itu," kata Aminah, Kamis, 30 Juli 2015.
(http://metro.tempo.co/read/news/2015/07/31/064687975/menyedihkan-anak-anak-menjadi-pelaku-pelecehan-seksual-di-depok)
Beberapa
kasus di atas merupakan sebuah contoh degradasi perilaku anak yang sekarang
sedang dalam tren pemberitaan. Bullying yang dapat disepadankan dengan sikap
senioritas, sejak dahulu merupakan contoh kasus yang tidak ada
habisnya-habisnya. Pelecehan seksual
bahkan sekarang menjadi sorotan utama media karena ternyata sudah melibatkan
anak di bawah umur sebagai pelakunya. Ada banyak kasus-kasus lainnya yang
walaupun tidak terlalu heboh tetapi dapat menjadi parameter kemerosotan nilai
dan karakter anak.
Kemerosotan
nilai yang dialami oleh anak-anak bisa jadi disebabkan oleh kurangnya inklusi
nilai-nilai moral yang dilakukan baik oleh orang tua, maupun pendidikan di
sekolah. Banyak orang tua berpendapat bahwa sudah merupakan tugas sekolah untuk
mendidik anak-anak mereka tentang nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Padahal, belum tentu sekolah mempunyai porsi waktu lebih banyak dibandingkan
dengan waktu siswa ketika di rumah.
Untuk
menjawab masalah tersebut, maka guru perlu memperkenalkan sebuah pendidikan
berbasis nilai yang ada di dalam masyarakat, atau dapat kita sebut sebagai
pendidikan karakter. Lickona dalam
Haryanto (2012) menyebutkan bahwa pendidikan
karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu
seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai
etika yang inti. Dalam pendidikan karakter, guru berperan sebagai mediator
untuk menciptakan suasana pembelajaran berbasis nilai sebagai inti dari
kegiatan guru-siswa. Guru tidak hanya berperan sebagai fasilitator materi
pembelajaran, tapi juga sebagai teladan yang secara langsung menerapkan
nilai-nilai dalam perilakunya sehingga siswa mendapatkan contoh yang tepat.
Guru juga perlu memberikan banyak contoh kasus tentang nilai-nilai yang
seharusnya berlaku dalam sistem masyarakat.
Menurut
Dinas Pendidikan Nasional, beberapa nilai yang harus disisipkan dalam
pembelajaran (Aar; 2011) adalah:
1.
Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.
Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3.
Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.
Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5.
Kerja
Keras
Tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6.
Kreatif
Berpikir dan
melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang
telah dimiliki.
7.
Mandiri
Sikap dan
perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
8.
Demokratis
Cara berfikir,
bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang
lain.
9.
Rasa
Ingin Tahu
Sikap dan
tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir,
bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir,
bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan
tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan
tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap dan
tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan
menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan
tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan
tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya
dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Kluckhohn
(Brameld, 1957) mendefinisikan nilai sebagai konsepsi (tersirat atau tersurat,
yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang
diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan
akhir tindakan. Menurut Brameld, pandangan Kulchohn tersebut memiliki banyak
implikasi terhadap pemaknaan nilai-nilai budaya dan sesuatu itu dipandang
bernilai apabila dipersepsi sebagai sesuatu yang diinginkan. Makanan, uang,
rumah, memiliki nilai karena memiliki persepsi sebagai sesuatu yang baik dan
keinginan untuk memperolehnya memiliki mempengaruhi sikap dan tingkah laku
seseorang. Namun tidak hanya materi yang memiliki nilai, gagasan dan konsep
juga dapat menjadi nilai, seperti: kejujuran, kebenaran dan keadilan. Kejujuran
misalnya, akan menjadi sebuah nilai bagi seseorang apabila ia memiliki komitmen
yang dalam terhadap nilai itu yang tercermin dalam pola pikir, tingkah laku dan
sikap.
Dalam
tugas ini, saya hanya akan menyebutkan nilai dalam pengertian intrinsik dan
ekstrinsik. Nilai intrinsik, dapat
berarti bernilai dalam dirinya sendiri, sedangkan ekstrinsik atau disebut
instrumental, dapat berarti bernilai sejauh dikaitkan dengan cara mencapai
tujuan. Menurut pendapat Loiuis
O Kattsoff, nilai intrinsik merupakan nilai dari segala sesuatu yang sejak
semula sudah bernilai. Nilai ekstrinsik merupakan nilai sesuatu karena dapat
dipakai sebagai sarana untuk mencapai sesuatu. Menurut Darmodiharjo dalam
Mahifal (2008), nilai intrinsik adalah nilai yang berdiri sendiri yang
mengandung kualitas tertentu, misalnya suatu tindakan dikatakan sebagai
tindakan yang bersifat susila, semata-mata adalah karena tindakan tersebut
memang baik. Sedangkan nilai ekstriksik adalah nilai yang bergantung pada nilai
intrinsik dari akibat-akibatnya.
Seni adalah sebuah disiplin ilmu yang unik karena dapat
menyentuh ranah kognitif, afektif sekaligus psikomotor dalam diri peserta
didik, dan hal ini tidak dapat kita temui dalam disiplin ilmu-ilmu lain yang
diajarkan (Hidayatullah, 2015). Seni musik dapat memegang peranan besar dalam
pendidikan untuk menginklusikan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Selain
estetika, pendidikan seni musik dapat mengarahkan anak pada keterampilan
bersosial maupun pembentukan nalar dan konsep. Beberapa karakter nilai yang
dapat ditemukan dan dibangun dalam pembelajaran musik antara lain: kooperatif,
saling menghargai, saling mendengarkan, disiplin, bertanggungjawab, tepat
waktu, saling membantu, dan karakter lainnya yang sudah saya sebutkan di atas
berdasarkan cita-cita Diknas. Karakter-karakter tersebut dapat muncul ketika
siswa berproses untuk menyelesaikan proyek bermain musik bersama-sama yang juga
menjadi salah satu kajian kurikulumnya.
Pembelajaran musik, baik itu dalam konteksnya sebagai nilai
intrinsik maupun ekstrinsik harus saling membangun secara sistemik sehingga
tercipta iklim pembelajaran yang kondusif. Nilai intrinsik pembelajaran seni
sebagai sarana siswa untuk belajar maupun estetika yang sekaligus terkandung di
dalamnya dapat dikolaborasikan dengan nilai ekstrinsiknya yaitu karakter-karakter
berbudi luhur yang merupakan nilai yang dianut oleh masyarakat. Dengan begitu,
diharapkan pembelajaran musik dapat menjadi sarana bagi sistem pendidikan untuk
turut ambil bagian dalam perbaikan karakter siswa menjadi lebih baik sehingga berbagai kasus kekerasan dalam dunia anak dapat ditekan.
Referensi:
https://bisikankalbu.files.wordpress.com/2008/11/3-pancasila-sebagai-falsafah-hidup-bangsa-indonesia.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar