Jumat, 01 Januari 2016

Menembus Ruang dan Waktu

Lampaunya Sekarang, Sekarangnya Tadi

Waktu itu terus berjalan tanpa henti. Didampingi oleh perpindahan ruang, waktu akan terus berjalan secara linear. Itulah mengapa waktu itu berdimensi. Dimensi tadi berbeda dengan dimensi sekarang. Dimensi sekarang ini akan berbeda pula dengan dimensi yang akan datang. Apa yang sudah ada akan bermetamorfosa menjadi yang mungkin ada. Itulah mengapa kita bisa menyebut: “Lampaunya Sekarang”, “Sekarangnya Tadi”, “Nantinya Sekarang”, ataupun “ Sekarangnya Nanti”.
Hal tersebut dapat saya uraikan dalam sebuah cerita.
Terkisah ada seorang nenek yang tinggal di dalam sebuah rimba. Tetapi rimba tersebut tidak terkesan gelap atau bahkan angker. Rimba tersebut terkenal sebagai sebuah tempat dimana rasa sejuk selalu tersedia, air mengalir tak kenal henti, kicau burung tak pernah putus bernyanyi, dan -satu hal yang terpenting- tawa riang anak-anak tak pernah berhenti berderai.
Ya! Sang nenek hidup bersama anak-anak yang sudah dia anggap sebagai cucunya sendiri. Anak-anak yang tidak pernah merasakan belas kasih orang tua mereka, tetapi selalu polos menghadapi pahit-getir kehidupannya. Anak-anak yang menimbulkan rasa prihatin di hati Sang nenek, ketika dia melintas di antara embun pagi dan rindang pepohonan tepi rimba. Sudah beberapa kali Sang nenek lewat selepas kegiatan setiap harinya mengumpulkan sayur dari kebun untuk dimasak.
Sudah ada 2  anak yang mengisi pondok mungilnya di dalam rimba. 1orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Semuanya tumbuh menjadi anak-anak yang sehat dan aktif, termasuk pula aktif bertanya. Suatu ketika, Si Bungsu mendatangi Si Sulung dalam rutinitasnya mengumpulkan kayu bakar.
“Kakak, aku ingin bertanya.”
“Bicaralah, Adik..kakak akan mendengarkan.”
“Kakak,  aku ingin bertanya..”
“Bicaralah, Adik. Kakak akan mendengarkan.”
“Kakak, aku ingin bertanya..”
Perkataan adiknya yang terakhir membuat Si Sulung berhenti dari aktivitasnya sejenak, lalu menatap Si Bungsu.
“Adik, mengapa engkau bicara hal yang sama?” tanya Si Sulung. “Baiklah.. Kakak tidak hanya akan mendengarkan, tapi juga akan berusaha menjawab pertanyaanmu.”
Si Bungsu memperhatikan raut wajah Si Sulung yang kelelahan,tetapi tidak lepas dari senyuman. Balas tersenyum, Si Bungsu  kemudian menjawab: “Tak apalah, Kak. Aku sekarang tidak ingin bertanya.”
“Oi, apakah kau marah padak, Adik?” Si Sulung agak kebingungan demi mendengarkan pernyataan Si Bungsu.
“Tidak, Kakak. Pertanyaanku hanya berlaku untuk waktu lampau saja. Sekarang aku sudah tidak penasaran lagi. Tadi aku ingin tahu, apakah kakak akan marah jika aku terus-terusan bertanya. Tetapi sekarang aku sudah tahu jawabannya. Kakak tidak marah. Kakak tersenyum.”
*****
“Hidup memang sangat erat pertaliannya dengan waktu, Cucuku. Lima menit lalu tidak akan sama dengan saat ini. Waktu memiliki struktur sekarang, depan dan belakang, now, past and future. Oleh sebab itu, kalian harus bijak memanfaatkan waktu. Tidak akan kembali waktu lalu untuk dihadirkan saat ini. Pergerakan waktu itu mutlak, semutlak kehendak Penciptanya. Apa yang tadi Adikmu ingin tanyakan memang belum dia ketahui untuk saat itu. Tetapi setelah dia melihat wajahmu, sontak dia tahu jawabannya tanpa perlu kau menjelaskan. Rasa ingin tahu Adikmu itu berada pada masa lalu ketika dia belum mempunyai jawaban. Tetapi ketika kau tersenyum, itu saat ini bagi Adikmu. Dan ketika kau datang kepada Nenek, Cucuku, seluruh kejadian tadi sudah menjadi masa lalu bagi keadaan kita saat ini.”
“Kalau begitu Nek, saat dimana aku merasa bingung akan pertanyaan Si Bungsu, apakah dapat aku katakan sebagai sekarangnya tadi? ”

“Itulah pengalamanmu, Cucuku.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar